Maaf, Saya (Masih Berusaha) Tidak Merayakan Natal Di Masa Adven

Izinkan saya jujur mengatakan bahwa judul tulisan ini sangat diinspirasi oleh salah satu judul tulisan Amang Pdt. Daniel T A. Harahap dari blognya, Ruma Metmet. Bukan bermaksud menjiplak, tetapi kalimat itu tepat sekali menyuarakan isi pikiran saya. Jika Amang Harahap sudah menyatakan ketegasannya maka saya yang sekarang ini masih berusaha untuk itu.

Dalam hubungannya dengan judul tulisan saya, saya sangat tergelitik untuk segera membagikan beberapa hal ini…

Saya masih terhitung sebagai pengurus Unit Ibadah dan Doa NHKBP Yogyakarta, di mana salah satu programnya adalah Perayaan Adven. Sebenar-benarnya pergantian pengurus sudah dilakukan bulan lalu. Tapi entah mengapa, belum ada satupun anak NH yang berani untuk meneruskan tanggung jawab mengambil bagian sebagai pengurus di unit Ibadah dan Doa. Jadi program yang seharusnya sudah dikerjakan oleh generasi berikutnya masih tetap dipercayakan kepada saya. Well, sempat saya berbagi dengan teman mengenai hal ini. Pada awalnya saya sempat berpikir untuk tidak lagi mengerjakannya. Tetapi saya ingat kembali bahwa semua yang sudah terjadi selama 2 tahun di dalam unit Ibadah dan Doa hanyalah semata-mata anugerah dari Tuhan saja. Saya sadar sepenuhnya bahwa bukan karena orang atau program atau apapun, sehingga Unit Ibadah dan Doa masih boleh ada sampai sekarang di tengah pro dan kontra yang sempat muncul 2 tahun lalu. Jadi, jika semua ini datangya dari Tuhan, apa hak saya untuk menolak jika saat ini pun Dia ingin supaya saya terlibat? Tuhan yang sudah memulai, maka Dia juga yang akan menyelesaikannya. Tidak mudah untuk menjadi orang yang taat dan setia. Tapi jika saya melihat ke belakang, Tuhan tidak pernah main-main dalam usaha-Nya membentuk saya menjadi orang yang demikian. Bukan berarti saya mengatakan bahwa saya sudah sempurna, melainkan saya terus berusaha berlari untuk memperoleh hadiah itu, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Di saat saya menyerah, justru di saat itu Tuhan menguatkan. Dan segala sesuatu yang awalnya saya anggap tidak mungkin, Dia tolong supaya saya dapat melihat jelas, sedikit demi sedikit. Apa itu yang tidak mungkin?

Tahun 2011 NH sudah pernah mencoba untuk tidak merayakan Natal pada masa Adven. Sepenggal kisahnya ada di sini. Tidak mudah untuk menjelaskan kepada para NH yang haus akan perayaan Natal, untuk tidak merayakan Natal selama masa Adven (tolong jangan salahkan mereka jika bersikap demikian). Pada masa persiapan itu, salah satu tawaran yang diberikan adalah tetap ada perayaan Natal tetapi tidak bisa sebelum tanggal 25. Yang bisa sebelum tanggal itu adalah perayaan Adven dan itu kami adakan pada minggu Adven terakhir. 1 minggu sebelum Natal. Puji Tuhan, acara berjalan dengan baik, meski mungkin jemaat yang beribadah pada Minggu sore itu sedikit bingung dengan ibadah dan dekorasi yang tidak seperti biasanya. Dari situ saya terpikir untuk lebih memiliki waktu untuk membuat jemaat mengetahui apa itu Adven dan lebih mendorong mereka untuk menghargai masa-masa Adven. Beberapa teman yang tahun lalu ikut persiapan perayaan Adven pun mulai mengerti mengapa penting untuk menempatkan Adven pada posisinya yang benar, meski pada tahun ini pun mereka terbentur lagi dengan agenda perayaan Natal yang sudah dimulai dari awal Desember. Seandainya penyuluhan mengenai Adven dapat dimulai sejak dini, mungkin perayaan Natal yang prematur bisa dicegah.

Saya perhatikan kalender bulan Desember 2012. Tanggal 23. 24. 25. Mulailah sms seorang Tulang dan Inang Pdt untuk konfirmasi mengenai kejelasan tanggal tersebut. Hitung-hitung mundur pun dimulai. Jika Natal masih dirayakan tanggal 25 Desember, maka masa Adven berarti adalah 4 hari minggu sebelumnya. Berarti Adven ke empat jatuh pada hari Minggu, 23 Des. Luar biasa bukan?  Sebenarnya saya sudah mengantisipasi hal tersebut sehingga tidak membuat program perayaan Natal NH 2012. Tetapi ternyata perayaan Adven pun masih tercantum, dan harus dilakukan. Ini hal yang tadi saya katakan tidak mungkin. Bayangkan.. 23 malam, merayakan Adven terakhir (misaldibuat seperti tahun lalu, dirayakan di minggu Adven terakhir). 24 malam, malam Natal. 25, Natal. 26, Natal kedua. Di tengah kondisi teman2 NH sedang Ujian Akhir Semester (UAS) dan pastinya para pelayan di gereja harus menyadari tugas berat ini. Akhirnya saya terpikir untuk menyambut Adven tepat di Minggu pertama. Disitulah diharapkan akan ada penyampaian yang jelas, benar dan mudah dipahami mengenai masa Adven. Dari pengalaman tahun lalu, banyak NH yang tidak mengerti. Bolehkan saya juga berasumsi bahwa jangan2 sebagian besar jemaat juga tidak mengetahui apa itu Adven? Sudahkan hal-hal yang perlu diketahui tentang Adven pernah dijelaskan dengan baik? Sudahkah gereja juga dengan jelas menjaga masa-masa Adven dan mendorong jemaat untuk melakukannya juga? Itu beberapa pertanyaan saya. Jikalau sudah, saya bersyukur. Jika belum, bukankah kita perlu memberi ruang dan waktu untuk itu? Sayapun orang yang masih belajar dan tidak hanya puas dengan mengetahui tapi saya juga mau untuk menerapkannya.

So, here is the plan: Membuat proposal untuk perayaan Adven I, Minggu, 2 Desember 2012. Whoa! Dari yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, Tuhan tuntun sampai pada titik ini. Banyak PR. Inang Pdt juga sempat bertanya apakah dari segi waktu kita bisa melakukannya. Saya jawab bisa dengan beberapa penyesuaian dari tahun lalu. Padahal saya juga tidak sepenuhnya yakin kemarin saat menjawab sms beliau. Beberapa teman dari tim tahun lalu sudah keluar kota untuk melanjutkan pekerjaan dan pelayanan. Beberapa yang masih tinggal sedang berkutat dengan tanggung jawab menyelesaikan pendidikan lanjutan yang lebih tinggi. Beberapa yang lain.. saya masih belum tahu. I don’t know about the future.. But I know who holds tomorrow.. And I know who holds my hand..

Di bawah ini saya kutip tulisan dari Amang Pdt. Daniel T. A. Harahap.

……

Yang penting dalam diri saya pribadi masalah ini sudah jelas. Clear. Jika saya dalam posisi dapat memilih maka saya  sudah janji akan memaksa diri saya  menunda perayaan Natal sampai 24 Desember malam. Saya akan berusaha setia mengikuti kalender gereja sebagaimana diatur dalam Almanak HKBP dan Agenda Ibadah. Di sana disebutkan sebelum masuk dalam perayaan Natal maka saya harus sabar mengikuti empat minggu penantian atau Adven. Minggu permenungan, pertobatan serta pengharapan. Dengan begitulah saya dapat sungguh-sungguh mengenangkan dan menghayati penantian umat Perjanjian Lama yang begitu panjang akan kedatangan Messias dan sekaligus penantian gereja sekarang akan kedatangan Kristus kembali. Dan dengan itu jugalah saya menyatukan perasaan saya dengan semua jemaat yang begitu perih menanti-nanti, apakah itu kesembuhan dari sakit, kelahiran anaknya, atau pemulihan ekonomi dan lain-lain.

Namun saya sadar bahwa saya tidak sepenuhnya juga bebas. Bagaimanapun saya pendeta yang terikat kepada suatu organisasi bernama HKBP. Dan sebagaimana pernah saya katakan, selama HKBP belum atau tidak melarang perayaan Natal di masa Adven, maka suka tak suka saya akan melayankan Natal di masa Adven jika itu diperintahkan oleh atasan atau merupakan kewajiban saya sebagai pendeta ressort. (Syukur, sepertinya tahun ini saya  hanya melawan “hati nurani” saya satu kali saja. Guru-guru Sekolah Minggu HKBP Serpong telah meminta saya berkotbah di Natal Sekolah Minggu 6 Desember nanti dan telah saya iyakan dengan senang hati. Naposo sejak tahun lalu telah sepakat Natal sesudah tanggal 25 Desember!)

….

selengkapnya baca di sini

Hmmmm…tulisan di atas ditulis tahun 2009. Artinya Naposo di HKBP Serpong sudah sepakat sejak tahun 2008 untuk Natal sesudah tanggal 25 Desember.

Kira-kira, kapan ya NHKBP Yogyakarta (dan komunitas yang tergabung dalam wadah Pemuda HKBP Yogyakarta) bisa sepakat hal yang sama seperti NHKBP Serpong?

Dengan tidak berhenti berharap, berdoa dan bekerja.. saya menantikan itu boleh terjadi. #sohelpusGod

Catatan: Tulisan ini dibuat tahun 2012. Kini saya sudah tidak lagi menjadi pengurus NH.

Buku Ini Aku Pinjam

Dan aku berusaha untuk dapat segera mengembalikannya… Huff… minimal mereka tahu kalau buku-bukunya masih dalam keadaan utuh. Maksimal buku-buku ini sampai kembali di tangan mereka.

Hmm…. apa kabarnya buku-buku punyaku yang dipinjam orang lain ya? Puh-lea-seeee….. tolong dikembalikan juga ya… 😦

Weekly Photo Challenge: Geometry

Share a photo that means GEOMETRY to me.