Pulang ke Rumah

Dunia punya sebuah peribahasa —“Anda tidak pernah bisa pulang ke rumah lagi.” Maksudnya, di saat Anda pergi, rumah berubah dan begitu pula Anda. Pada kenyataannya, rumah lama Anda dapat saja telah dihancurkan atau dijual. Bisa jadi, Anda memang tidak akan pernah bisa memasuki rumah itu lagi untuk selamanya.

Kutipan itu saya baca dari buku Dalam Terang Kekekalan atau yang biasa saya singkat DTK. Bener banget! Itu yang sempat saya alami sewaktu keluarga saya pindah ke rumah baru di saat saya sendiri sudah lama berada di luar kota. Rasanya sedih tidak bisa lagi kembali ke rumah lama dan canggung saat pertama kali memasuki rumah yang baru. Semua kenangan masih tertinggal di rumah lama, rumah tempat saya tumbuh besar dan menghabiskan waktu kanak-kanak bersama saudara-saudara saya. Sebenarnya Bapak bilang masih bisa kalau mau datang dan melihat-lihat rumah lama, tapi saya tetap merasa tidak enak apalagi rumah itu sekarang sudah ada yang menempati.

Dulu sewaktu baru-baru pindah ke Jogja untuk melanjutkan sekolah, seorang kawan pernah berkata juga bahwa suatu saat nanti saya sendiri yang tidak akan ingat untuk pulang ke rumah. Waktu itu saya langsung protes dan menjawab tidak mungkin. Bagaimana juga saya akan tetap pulang. Ya, saya memang pulang tapi bukan ke rumah yang memberangkatkan saya dulu. Dan kepulangan saya terakhir kemarin ternyata adalah kepulangan terlama saya. Saya sendiri heran bisa berada dalam waktu yang lama di rumah yang sering masih terasa asing buat saya.

Selanjutnya kalimat dari buku DTK berlanjut seperti ini..

Sebaliknya, ketika hidup ini berakhir, anak-anak Tuhan akan pulang ke rumah … untuk pertama kalinya. Dan, karena rumah itu—tidak seperti rumah kita di dunia—tidak akan pernah terbakar, kebajiran, atau roboh, kita tidak perlu cemas memikirkan apakah rumah kita masih tetap ada ketika kita kembali. Surga tidak akan pernah lenyap dan tidak pernah kehilangan daya tariknya sebagai rumah.

Dulu saya pernah mencoba memulai untuk membaca buku DTK tapi terhenti di tengah jalan. Saya lupa alasannya, tapi yang jelas buku ini sudah masuk rak lagi. Di awal tahun 2014 ada berita duka yang datang hampir bersamaan, hanya selang 1 hari. Mungkin itu yang membuat saya kembali memulai membaca buku ini lagi dan bertekad untuk menyelesaikannya. Bukan karena saya takut mati atau bukan karena saya tidak percaya akan surga. Saya hanya merasa bahwa saya bisa belajar sesuatu dari yang disampaikan oleh Randy Alcorn, si penulis buku.

Iyah.. saya harap kali ini saya dapat menyelesaikannya.. 🙂

Ini dia bukunya:

Dalam Terang Kekekalan

3 respons untuk ‘Pulang ke Rumah

Tinggalkan komentar