Sebagai Seorang Sahabat

Dear God, aku sering lupa kalo God itu sahabat aku. Sebagai seorang sahabat tentu God gak mau aku datang dengan muka senyum padahal hati ini sedang remuk redam. Seperti halnya aku yang gak seneng kalo ada temenku yang seperti itu sama aku. Kalo kayak gitu, apa artinya pertemanan kita? Dan kalo aku kayak gitu sama God, apa artinya persahabatan kita?

Tadi ada ambulan lewat yang sebenernya kalo peraturan lalu lintas dia sudah bisa dianggap melakukan pelanggaran. Enak ya ambulan itu? Segala macem rambu bisa dia terobos. Dan atas nama orang yang sedang dibawanya dia akan melaju secepat mungkin. Tapi sebenernya apa sih yang dirasakan oleh orang-orang yang ada di dalamnya? Apa mereka senang dengan hal itu? Melanggar rambu, diberi jalan oleh siapapun, dll. Apa mereka juga dengan senang dan sengaja mau begitu? Aku rasa enggak juga.

Pasti ada banyak perasaan berkecamuk di dalamnya. Sang supir, orang-orang yang ikut mengantar dan pasiennya sendiri. Orang diluar mungkin mengeluh kalo ada bunyi ambulan yang permisi minta lewat. Waktu itu pernah terjadi. Ada ambulan yang sudah meraung-raung dari jauh terhambat di perempatan pas lampu merah. Dia hendak belok kanan. Mungkin mau menuju rumah sakit yang aku tau emang arahnya harus belok kanan. Tapi beberapa mobil di depannya tidak ada yang mau belok kiri hanya sekedar untuk memberi jalan bagi ambulan yang mau lewat. Ya, mungkin tujuan mereka sama-sama mau belok kanan dan masih gak boleh jalan alias merah. Atau mungkin juga ada yang mau lurus. Sama-sama masih merah. Saat itu bener-bener tegang karena gak ada yang mau sadar dan mengalah. Akhirnya. Ada seorang bapak penarik becak yang lagi mangkal yang bergerak maju meminta mobil-mobil yang ada di depannya untuk belok kiri. Dengan komandonya beberapa mobil akhirnya terpaksa belok kiri dan ambulan perlahan bisa maju.

Aku cuma bisa ngeliat itu dari jauh dan merasa prihatin. Apa mereka takut ya untuk melanggar rambu demi sebuah ambulan? Ada dispensasi gak sih? Apakah ada peraturan khusus bagi pengendara mobil kalo misal ada ambulan yang mau lewat, dalam kondisi jalan yang gimanapun?

Kembali ke soal sahabat.. kita akan merasa dibawa cepat ke tempat pengobatan hati jika hati ini terluka. Namun, gak semua kita sadar akan hal itu. Saat hati ini ada masalah kita malah cari tempat lain untuk menyembuhkannya. Sebenarnya itu adalah cara Tuhan untuk membawa kita pada-Nya. Seandainya kita semua tau jawaban dari segala pertanyaan, obat dari segala sakit dalam hidup adalah Yesus, maka saat mengalami putus asa atau masalah hidup berat kita seharusnya datang pada-Nya. Tapi mungkin seperti ambulan yang terhalang mobil-mobil yang gak ngasih jalan tadi, kita juga jadi kadang semakin lambat datang pada-Nya untuk dipulihkan. Padahal Dia ada, selalu ada disana menanti kita.

Ataupun, kita datang tapi dengan kondisi yang tidak sebenarnya. Padahal Dia tau apa yang ada dalam hati kita tapi kita masih berusaha menutupinya dan berpura-pura semua baik-baik aja. Entah kenapa kita bisa melakukan hal itu terhadap Dia yang Mahatahu. Kurang percaya? Merasa mampu? Masak gitu sih sama sahabat? Masak gitu sih sama Tuhan Yesus?